Selasa, 28 Mei 2013

Puisi Anak Terbaru-Titian Pelangi

Titian Pelangi

Siang menjelang sore, mendung menggelayut di langit yang tampak ngungun, hujan akan sgera turun. Syila memandang langit. "Ah, hujannya pasti tak akan terlalu besar," pikirnya. Kata nenek hujan seperti ini akan mengundang pelangi." Syila gadis piatu termenung di kamar memandang langit dari arah jendela. Kursi rodanya, ia tarik perlahan lebih dekat ke jendela. Gerimispun turun, di ufuk timur ia melihat cahaya mentari. "Tuhan, turunkan pelangi untukku," pintanya, khusyu. Pelangi selalu membuat terkenang pada mamanya yang tak pernah ia lihat sosoknya.

Mamanya meninggal waktu melahirkannya. Neneknya yang penuh kasih senantiasa mgnhidupkan cerita tentang mamanya lewat pelangi yang melintas di acap waktu."Syila, jika kamu kangen mamamu, lihatlah pelangi itu. mamamu secantik pelangi," begitu selalu neneknya, berkata. Syila selalu terkagum-kagum meligat pelangi, dalam pandangan matanya, ia melihat bayangan mamanya tersenyum dengan pakaian berwarna pelangi, menjulurkan selendang berwarna pelangi. selendang itu menjulur ke arah pintu jendela yang terbuka lebar seperti sebuah titian. Ditatapnya titian itu dengan ragu, tapu tatapan mata mamanya yang seindah pelangi seperti mengajaknya pergi.

Tiba-tiba tubuh Syila seperti melayang, ia berdiri dan mulai meniti pelangi. Di tatap oleh tatapan teduh dari mata mamanya yang serat kasih. Syila heran, ia bisa berdiri di atas kedua kakinya, meniti titian pelangi. Di ulurkan tangannya ke arah bayangan mamanya yang terus mengulurkan selendang pelanginya. Selendang yang sama ketika neneknya bilang "Syila, ini selendang milik mamamu, simpanlah agar kau tau bahwa mamamu selalu ada untukmu." Titian pelangi itu kini menjadi jembatan yang mengantarnya ke pelukan mamanya. Neneknya terpaku di kamar Syila memandang titian pelangi dan selendang peninggalan putrinya melayang-layang di lengkungan pelangi. Perlahan, ia hampiri Syila, senyum mengembang dari tidurnya yang pulas. Tidur panjang yang tak lagi memerlukan terjaga. "Selamat Jalan, Syila," ujar neneknya gemetaran

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Newer Post Older Post ►